Allah SWT berfirman :
"Perlombaan (memperbanyak harta benda dan anak-anak) telah melalaikan kamu sampai kamu masuk kubur. Jangan begitu! Nanti kamu akan mengetahui. Kemudian jangan sekali-kali kamu begitu! Nanti kamu akan mengetahui. Jika kamu mengetahui dengan yakin, niscaya kamu akan melihat Jahannam. Kemudian Sesungguhnya kamu akan melihat dengan ‘ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu. tentang nikmat-nikmat (yang telah kamu terima). (Qs. at Takaatsur [102] ayat 1 - ‘8)
Keterangan :
Nikmat-nikmat Allah SWT senantiasa turun ke atas manusia laksana hujan, tidak terhitung jumlahnya. Allah SWT berfirman :
" Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (Qs Ibrahim [14] 34; an Nahl [16] ayat 18)
Dalam sebuah hadits diceritakan apabila Rasulullah saw. sedang membaca surat ini hingga sampai pada ayat :
"hari itu kamu akan ditanya mengenai nikmat-nikmat"
maka Rasulullah bersabda bahwa dihadapan Tuhan akan ditanya mengenai air dingin, akan ditanya mengenai keteduhan di dalam rumah, ditanya juga mengenai makanan, kesehatan tubuh. Juga mengenai nyenyaknya tidur sehingga kita telah meminta untuk menikahi seorang perempuan yang telah diinginkan untuk dinikahi oleh orang lain. Lalu Allah meluluskan keinginannya mengawini perempuan itu. Mengenai karunia-karunia Allah, untuk itulah kamu akan ditanya karena Allah telah berbuat baik kepadamu. Dia telah menjadikan hati orang tua perempuan itu untuk menikahkan anak perempuannya denganmu dan menolak calon-calon yang lain.
Jika seseorang memikirkan secara mendalam kadungan hadits ini, kita tidak dapat membayangkan betapa banyaknya karunia Allah kepada manusia. Allah swt. memberikan karuniaNya kepada semua orang baik kaya maupun miskin. Jangan dikira bahwa Allah tidak memberi karunia kepada fakir miskin, Allah telah memberi kesehatan tubuh kepadanya dan udara untuk bernapas.
Dalam hadits lain dinyatakan bahwa ketika surat itu diturunkan, maka sebagian dari para sahabat r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, nikmat manakah yang telah kita terima? Roti gandum, itupun tidak mengenyangkan." Maka Allah swt menurunkan wahyu,"Tanyakan kepada mereka "Tidakkah kamu memakai pakaian? Tidakkah kamu minum air dingin? Yang demikian itu pun adalah nikmat-nikmat Allah."
Dalam sebuah hadits diberitahukan bahwa yang paling awal akan ditanya pada hari kiamat adalah mengenai kesehatan tubuh dan air dingin yang telah diminum. Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa nikmat-nikmat yang akan dipersoalkan adalah, roti yang tekah mengenyangkan, air sejuk yang telah menghilangkan dahaga dan kain yang telah dipakai untuk menutup aurat.
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa pada suatu tengah hari, ketika cuaca panas terik, Abu Bakar Sidik r.a. keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid Nabawi dengan keadaan gelisah. Ketika diketahui oleh Umar r.a. maka beliau pun datang ke masjid itu lalu bertanya kepada Abu Bakar r.a. "Untuk apakah engkau berada di sini dalam keadaaan begitu panas terik?" Beliau r.a. menjawab, "Terpaksa, karena saya menderita lapar." Umar r.a. berkata, "Demi Zat yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini." Sementara itu Rasulullah saw. pun datang ke masjid itu kemudian bertanya kepada mereka, "Untuk apakah kalian datang ke sini?" Mereka menjawab, "Kami terpaksa ya Rasulullah, karena menderita kelaparan yang tidak tertahankan." Maka Rasulullah saw. juga berkata, " Hal itu pulalah yang menyebabkan saya datang ke sini."
Kemudian ketiga-tiganya berangkat hingga sampai di rumah Abu Ayub Ansari r.a. yang pada waktu itu tidak ada di rumah, tapi isterinya menyambut dengan begitu gembira. Rasulullah bertanya, "Kemanakah Abu Ayub?’ Isteri Abu Ayub berkata bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang. Tidak berapa lama kemudian Abu Ayub pun tiba, segera beliau memetik setangkai buah kurma lalu menghidangkannya. Rasulullah saw. bertanya, "Mengapa dibawa setangkai yang buahnya sebagian matang sebagian mentah. Bukankah lebih baik jika dibawa yang matang saja.
Abu Ayub r.a. menjawab, "Saya membawa semuanya, agar dapat memilih, karena ada yang senang buah kurma matang ada pula yang senang buah kurma mentah."
Mereka pun kemudian memakan kurma itu, sementara Abu Ayub r.a. menyembelih seekor anak kambing kemudian setengah dagingnya digoreng dan setengah lagi digulai kemudian dihidangkan di hadapan tamu yang mulia itu. Rasulullah saw. mengambil sepotong roti dan sedikit daging kemudian diserahkan kepada Abu Ayub Ansari r.a. sambil bersabda, "Makanan ini hendaknya engkau sampaikan kepada anak kesayanganku Fatimah, karena sudah beberapa hari dia tidak memperoleh makanan." Beliau segera pergi menyampaikan makanan itu kepada Fatimah r.a.
Mereka pun memakan roti dan daging itu. Kemudian Rasulullah saw. berkata, "Kita telah menikmati roti, daging, buah kurma baik yang masak maupun yang mentah ." Air mata Rasulullah saw. bercucuran sambil bersabda, " Inilah nikmat-nikmat yang akan ditanya pada hari kiamat." Mendengar hal itu para sahabat r.a. terkejut dan merasa sedih (karena kenikmatan itu diperoleh setelah menderita kelaparan yang amat sangat, dan akan ditanya pada hari kiamat). Rasulullah saw. bersabda," Mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu telah diwajiban dan caranya adalah, mulailah makan dengan mengucapkan Bismillaah dan apabila selesai menikmatinya, bacalah
"Alhamdulilaahil ladzii huwa assba’ana wa an ngama a’laina wa afdhol"
Segala puji bagi Allah yang telah mengenyangkan kami dan memberi kami kenikmatan yang banyak.
Banyak lagi riwayat mengenai perkara ini, yang tidak akan saya kemukakan di sini. Karena tujuan saya di sini hanyalah memperlihatkan betapa banyak firman Allah mengenai kehinaan dunia dan dunia tidak layak untuk mendapatkan perhatian yang sangat besar, karena dibandingkan dengan akhirat dunia adalah sangat kecil. Dan sibuk dengan urusan dunia dapat menyebabkan kerugian besar sehingga sampai kepada azab Allah Swt.. Berulang-ulang Allah Swt. memberi peringatan mengenai hal ini didalam ayat-ayatNya. Yang mengherankan dan memalukan adalah kelalaian manusia terhadap hal ini semakin bertambah besar sedangkan peringatan dari Allah Swt. begitu banyak. Bagaimana kita dapat menghadap Allah dengan menghadapkan wajah kita kepadaNya.
Disadur dari kitab Fadhilah Sedekah karya Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandalawi Rah.a.