Bunyi desingan itu terdengar keras. Lalu menggelegar. Kamis petang kemarin itu, Ibu Uci dan suaminya sedang melayani pelanggan di salon. Mendengar ledakan itu mereka lari terbirit-birit.
Sejumlah warga di Jalan Delima VI, Malakasari, Jakarta Timur itu juga berhamburan keluar rumah.
Mereka berlari menyelamatkan diri. Empat rumah rusak parah. Tidak ada korban jiwa. Luka ringan banyak.
Orang-orang di sana mengira, ledakan itu adalah bom. Ada pula yang menyebutkan ledakan bersumber dari tabung gas.
Di negeri ini, urusan keselamatan tabung gas itu memang kerap diremehkan. Luka dan juga kematian karena ledakan tabung gas itu sudah sering terjadi.
Adapula yang menduga ledakan kemarin petang itu adalah hasil kerja tukang santet. Sudarmojo, seorang warga yang rumahnya rusak parah, semula yakin betul bahwa ini kerjaan dukun santet. “Saya ini masih agak percaya sama santet,” katanya.
Markas Besar (Mabes) Polri mengirim tim ahli dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) ke Malakasari. Ini tim khusus. Mereka kerap diterjunkan jika ledakan bom terjadi.
Beberapa jam di sana, tim ini tidak menemukan tabung gas yang meledak, tidak menemukan residu bom, dan tentu saja, juga tidak menemukan seorang tukang santet.
Kepala Departemen Balistik Metalurgi, Mabes Polri, Komisaris Besar, Amri Kamil, setelah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah Sudarmojo memastikan tidak ditemukan bahan peledak di situ. Dia melanjutkan, “Fisik ledakan juga tidak ada.Tidak ada kawahnya.”
Tiga jam meneliti lokasi itu, Amri meralat berita yang sudah beredar bahwa telah terjadi ledakan di Duren Sawit. Sebenarnya, kata Amri, yang terjadi bukan ledakan, tapi, “Hantaman dari benda-benda yang berat, yang jatuh ke bumi dengan kecepatan tinggi.” Dari lokasi di Malakasari itu, polisi mengambil debu, ada pula yang berbentuk pasir.
Dugaan adanya benda jatuh dari langit—yang kemudian diduga sebagai meteor itu—juga berdasarkan bentuk kerusakan. Atap rumah Sudarmojo bolong besar, tapi tak ada sisa ledakan di lantai.
Sejumlah warga di sana berkisah bahwa mereka sempat melihat benda dari langit menghantam rumah Sudarmojo.
Pipit, seorang warga yang berusia 32 tahun menuturkan, "Saat itu sekitar jam empat sore. Langit mendung. Saya melihat semacam kilat, cahayanya terang banget di langit. Dengan kecepatan tinggi, dalam hitungan detik, cahaya itu turun dan menyambar rumah Pak Sudarmojo."
Betulkah yang jatuh itu adalah meteor? Sedang diteliti memang. Dan satu dua hari ini hasilnya bisa diketahui. Profesor Thomas Djamaluddin, ahli Astronomi dari dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menuturkan bahwa yang perlu dilakukan adalah meneliti debu atau sisa bongkahan dari lokasi ledakan.
Betulkah meteor bisa jadi debu jika menghantam bumi? “Itu bisa saja terjadi kalau itu jenis meteor rapuh,” kata sang profesor. Polisi memang sudah mengangkut debu-debu di lokasi ledakan. Namun Profesor Djamaludin menegaskan bahwa debu-debu itu bisa saja berasal dari pecahan meteor rapuh itu. “Tapi memang tetap harus ada sisa-sisa bongkahan,” katanya.
Karena dugaan soal meteor jatuh itu, sejumlah ahli dari Lapan meluncur ke lokasi siang ini. Profesor Djamaluddin, yang sedang meluncur ke Bogor, Jawa Barat, harus berbalik arah dan meluncur ke Duren Sawit di Jakarta Timur itu.
Kisah benda angkasa luar terjun ke bumi ini memang sudah sering terdengar belakangan ini. Tanggal 8 Oktober 2009 lalu, warga Bone di Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh bola api yang melesak di angkasa, lalu meledak. Bunyi ledakan terdengar 6 kali. Sesudah itu, daratan seperti diamuk lindu.
Warga Desa Latteko, Kabupaten Bone, panik bukan kepalang. Anak-anak sekolah berhamburan keluar kelas. Warga desa cemas.
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Makassar, mendeteksi adanya getaran pada titik koordinat 4,68 Lintas Selatan dan 120, 09 Bujur Timur .
Getaran itu terjadi di kedalaman sekitar satu kilometer dari atas permukaan tanah. Magnitude getaran sekitar 1,9 SR (SkalaRichter).
Meteor atau bukan, memang belum ada jawaban pasti. Selain dugaan soal meteor itu, sejumlah kalangan mengira benda yang jatuh di Bone itu adalah sampah dari antariksa.
Sebuah pancaran bola api yang diduga meteor juga jatuh di Wisconsin, Amerika Serikat, 16 April 2010. Bola api itu jatuh tidak begitu jauh dari Universitas Wisconsin. Departemen Atmosfir dan Kelautan universitas itu sempat merekam jatuhnya bola api itu. Gambar video itu beredar ke seluruh dunia.
Banyak kejadian seperti ini di sejumlah tempat di muka bumi ini. Tapi para ahli dunia belum memastikan, apa persisnya benda-benda yang tiba2 menghujam bumi itu.
Warga di Duren Sawit Jakarta Timur itu, kini terus merubung lokasi Malakasari. Mereka juga menunggu jawaban, apakah yang menyebabkan rumah Sudarmojo nyaris remuk itu benar-benar ulah meteor, sampah antariksa atau ulah tukang santet yang sedang mencoba kedasyatan ilmunya.